Keyakinanmu hari ini, sudahkah kau mempelajarinya?
Sudahkah kau mengimaninya sepenuh hati?
Jika seseorang mengajakmu mengingkarinya, cukupkah bekal-bekalmu agar hatimu tidak goyah?
Sudahkah....
...kamu beragama dengan benar?
SINOPSIS
Kiran, mahasiswi yang rutin mengikuti kelompok kajian agama di kampusnya. Ia cerdas, kritis dan berani. Penelitiannya dipuji dosen, pemikirannya dikagumi. Namun, hidupnya terhambat oleh faktor ekonomi.
Suatu hari, seniornya di kajian membawa kabar, bahwa kyai, pimpinan tertinggi kelompok agama yang ia ikuti berniat mempersunting Kiran. Namun, ada kebohongan yang dibuat oleh pimpinan tersebut. Ketika Kiran protes dan mengkritisi kebenaran, ia justru dianggap menentang.
Kelompok tersebut menghakimi serta mengejar-ngejarnya hingga Kiran harus berpindah-pindah tempat. Kiran juga difitnah telah menodai nama sang pemimpin agama, bahkan ibunya di desa pun tak memercayai pembelaaan Kiran.
Di tengah kericuhan itu, Darul, rekan sekelompok kajian, membantu pelarian Kiran. Namanya tercemar, keluarga tidak jadi tempat berlindung, Kiran bersyukur Darul membantunya. Pemikiran Darul tentang agama pun sejalan dengan Kiran. Keduanya jatuh hati dan terjebak cinta satu malam.
Namun, seakan ujian masih enggan menjauhi Kiran, Darul bersikap sama seperti orang-orang agamis yang ia temui. Setelah merenggut kesuciannya, Darul tanpa tahu malu menjauh dari Kiran, sebab ia tak mau pencalonan ketua himpunannya ternodai karena dekat dengan Kiran yang namanya di kampus telah tercemar.
Jiwa dan hati Kiran patah berserakan. Ia merasa dikhianati oleh Tuhan dan agama yang dianutnya. Ia mencari kedamaian, mencari cara mencinta Tuhan dengan layak, namun orang-orang yang katanya beragama serta takdir Tuhan justru menenggelamkannya di rawa.
Kiran mengambil keputusan ekstrem. Dia tinggalkan busana syar'i yang biasa dipakai, lantas terjun ke dunia kelam, menjadi martir untuk mengungkap kebenaran.
REVIEW
Ekstrem dan Kontroversial.
Dari judulnya saja, dan dari sumber adaptasi film ini saja, kita sudah tahu bahwa ia kontroversial. Berbuat dosa yang dilarang Tuhan, kok masih ada izin-izinnya? Memangnya Tuhan mau berpihak pada pendosa?
Berani banget bikin judul begini.
Itu yang terlintas di pikiran saya, sekaligus bikin penasaran, kira-kira isi film ini akan disajikan seperti apa?
Mengikuti perjalanan Kiran dari awal dia mencari ilmu lewat kajian sembari survive dengan biaya-biaya hidup, diuji dengan badai yang membuat keimanannya jungkir balik, sampai akhir cerita, seperti menonton film-film bergenre thriller namun dibalut religiusitas.
Bentuknya macam-macam. Pergolakan, pemberontakan, pengejaran, pelecehan, pemerkosaan, pengungkapan kebenaran, penyiksaan. Bahkan thriller nya menjurus ke horor menurut saya, namun horor dalam artian, sakit sekali lihat Kiran berjuang dan disakiti terus menerus. Saya jadi ikut paham semua kekecewaan dan kemarahan yang dia alami.
Cara-cara yang ditempuh Kiran bukan jalan 'salih' nan mulia. Ia tak mencari Tuhan di masjid, majelis ilmu, sekolah agama. Jalannya akan membuat sekian orang menyipitkan mata sinis akan pilihan Kiran. Jalannya penuh batu cadas, bahkan mempertaruhkan nyawa. Hingga batas 'durhaka' maupun iman jadi sangat samar.
Namun sebetulnya, barangkali itulah yang ia butuhkan.
Kita terkadang butuh jatuh pada jurang sangat dalam, keimanan di titik nol, ujian bagai tsunami, untuk mengerti esensi IMAN pada Tuhan.
Kiran perlu berada di batas napasnya, babak belur fisik dan jiwanya, untuk akhirnya menyadari ia sebagai manusia, punya limit yang tak bisa dilampaui. Sebab tentu saja, yang Maha Kuasa hanya Tuhan.
Saya pribadi suka sekali adegan hutan menjelang ending. Kalau dipikir-pikir sekarang, itu framing yang sangat pas untuk menggambarkan hubungan antara hamba dan Tuhan.
Kalau dari kacamata Tuhan yang selama ini diyakini 'ada' di atas ('arsy maupun langit), manusia mungkin hanya terlihat seperti titik-titik kecil, bahkan bisa jadi tak kelihatan saking mininya. Tentu saja ini sekadar anggapan manusia, sebab Ia Maha Melihat. Dan menurut saya, Hanung sukses mengirim pesan tersebut dengan merekam Kiran yang terbaring di tengah luas dan sepinya hutan, lalu mengarahkan kamera menjauh ke atas.
Lantas, shoot adegan tersebut semakin memukau ketika dibarengi dengan dialog Kiran. Begini kira-kira, "Ya Allah, aku hanya ingin beribadah kepadamu dengan cinta. Bukan dilandasi ketakutan akan api neraka, maupun keinginan untuk memperoleh surga."
THAT'S A WRAP!
Iman tertinggi adalah menghamba-Nya dengan cinta. Dan barangkali jalan Kiran mesti terjal, menantang Tuhan, berlumur dosa, paradoks, tapi itulah jalannya untuk menemukan kembali koneksinya dengan Tuhan, dan konsekuensi atas pilihannya.
Sebagai penonton, kita mungkin tak perlu mengambil jalan memutar sepertinya, karena nabi dan ulama tak mencontohkan 'mencari' Tuhan dengan cara demikian.
Tuhan, Izinkan Aku Berdosa, cukup kita ambil pesan-pesan berharganya. Seperti perlunya mengupgrade ilmu-ilmu agama agar tak memahami Islam secara tekstual; tidak mudah menghakimi tampak luar orang lain, berdakwah dengan rahmat dan lain-lain.
Overall, this show was quite interesting. Dapat ditonton sebagai hiburan saja. Baginya yg di bawah umur, banyak adegannya akan mengganggu, jadi direkomendasikan ditonton oleh usia dewasa saja.
Bravo!
Zey's Review: 4/5
Komentar
Posting Komentar
Komentar anda akan ditampilkan setelah ditinjau